sesuatu yang pertama itu pasti susah dilupain dan pasti akan selalu terkenang dalam memori, contoh gampangnya cinta pertama, pacar pertama, istri pertama (abaikan yang terakhir) siapa yang lupa coba. tak terkecuali pendakian pertama gue, Yap pertama kali ndaki itu Gue ndaki ke gunung Ungaran, emang nggak terlalu tinggi sih tapi lumayanlah buat pendakian pertama dan cukup untuk membuat gue kecanduan.
Langsung aja ke cerita gue tentang ungaran ini.
Gue mendaki ke gunung ini sama temen-temen Pecinta Alam SMA gue, dan waktu itu gue masih kelas 2 SMA (udah lama banget ya), Tahunnya kira-kira tahun 2007 bulan ke 7 tanggal 9 sampai 11. Kami mendaki cuma berenam waktu itu yaitu Gue, Dini, Boni, Riska, Mas Gemboer, dan Mas cahyo. dari keenam orang ini hanya mas Gemboer saja yang udah banyak pengalaman tentang mendaki gunung, sedang Gue, Dini, Riska dan Boni baru pertama kali kenal yang namanya gunung.
waktu itu Gue masih cupu banget tentang dunia pendakian gunung, hanya bermodal pengalaman selama diksar dan pelantikan saat menjadi anggota pecinta alam. Peralatan yang kami bawa pun masih dibawah standart, makanan pun masih mengandalkan mie instan. tetapi dari sinilah gue belajar banyak hal tentang gunung, tentang managemen pendakian, tentang persahabatan dan tentang hidup itu sendiri.
Kami berangkat dari kota kecil di Jogja yang bernama Wates, perjalanan waktu itu kita masih mengandalkan transportasi umum, yaitu bus. Dari wates kami berangkat menuju Jogja, perjalanan ini membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam. Setelah sampai di Pasar Gamping (Jogja) kami pun transit untuk menuju ke arah Semarang dan turun di Ungaran.
Sampai di ungaran kami cari angkot jurusan pasar Jimbaran (bukan jimbaran Bali lho ya), mungkin itu Angkot terakhir yang menuju ke Jimbaran karena waktu itu sudah sangat sore, hampir maghrib tepatnya, tapi untunglah masih ada angkot buat kami, walaupun sempet nego-negoan agar mau nganter kami sampai pasar jimbaran.
Sampai di pasar kami tidak langsung nganjutin perjalanan, kami beli makan dulu, maklum dari siang sepertinya kami belum makan. tak lupa kami membeli perbekalan logistik yang masih kurang. Dan hebatnya kita beli satu karung besar kripik singkong. dan Gue pun berpikir buat apa kripik sebanyak ini, mungkin bisa dijual lagi ntar diatas gunung.
selepas mengisi perut yang kosong kami pun melanjutkan perjalanan menuju basecamp mawar (dulu sih nggak ada basecampnya). Di pojokan pasar kami melihat sekumpulan tukang ojek, yaps dari pada mubazir dan sekalian beramal kepada tukang ojek kami pun naik ojek saja sampai diperbatasan ladang. lumayan lah 4 ribu rupiah bisa meringankan perjalanan kami daripada harus jalan kaki 2 jam’an. Namanya juga pendakian pertama harus Have Fun dulu ya, hihi
Tak sampai 10 menit kita sudah sampai di perbatasan perkampungan dan ladang, tampak Aspal berubah menjadi jalan berbatu. inilah akhir dari perojekan dan Awal dari pendakian.
Tracking pertama gue di gunung pun dimulai, track jalanan berbatu dan menanjak itulah sarapan gue malam itu, tampak kanan dan kiri kita adalah ladang sayur mayur, kadangkala juga tercium bau khas ladang, bau yang menyengat pupuk kotoran ayam.
kurang lebih 45 menit kita berjalan dan akhirnya kita sampai disebuah rumah terakhir di kaki bukit ungaran, rumah itu tampak sepi dan sendiri, hanya sebuah lampu bolam yang menyinari, mungkin rumah itu lagi pengen menyendiri atau memang rumah itu lagi Jomblo kali ya. Karena kaki ini sudah lelah melangkah, kami pun berhenti sejenak di gardu seberang rumah itu, sembari makan dan minum untuk mengembalikan tenaga yang mulai terkuras.
Tenaga sudah pulih, kami pun melanjutkan perjalanan ke atas, track yang dilalui masih berupa jalan yang menanjak, berbeda dengan ladang yang dibawah, ladang kali ini merupakan ladang kebun mawar, yaps terkadang tercium juga bau wangi mawar dikebun ini.
ditengah-tengah kebun mawar kami pun berhenti sejenak, dan pemandangan yang menakjubkanpun diperlihatkan Tuhan kepada kami. Langit malam itu benar-benar memancarkan pesonanya, bintang-bintang bertaburan di langit bimasakti. tak kalah dengan yang ada dilangit bumi pun memancarkan cahayanya, tampak lampu-lampu kota ungaran dan kota semarang terlihat begitu meriah di bawah sana. Selalu ada hal indah setelah jalan yang menanjak. terima kasih Tuhan, kami semakin mencintai negeri ini, Indonesia.
Setelah cukup puas menikmati surga malam itu kami kembali ngelanjutin perjalanan kami ke atas, tak cukup lama berjalan sampailah kami diperbatasan kebun mawar dan hutan. Karena sudah larut malam dan tenaga kami pun sudah terkuras kami putuskan untuk ngecamp disini. Tenda pun telah berdiri, perut pun mulai keroncongan lagi dan ritual masak pun dimulai. Mie instan dan kopi hangat menjadi menu malam ini, tak ketinggalan keripik telo pun setia menemani.
Ritual masak dan makan malam pun selesai dilakukan selanjutnya kita ke acara inti malam ini yaitu Ritual tidur. Malam pertama tidur di atas gunung buat gue, dan waktu itu gue cuma pake jaket, celana panjang, sarung dan kaos tangan. Gue belum kenal yang namanya sleeping bag dan matras, jadi tidur hanya beralaskan terpal tenda dan pakaian seadanya. Sewaktu jalan sih nggak terlalu kerasa kalo dingin, tapi kalo udah tidur gini baru kerasa deh dinginnya kaya' apa, ditambah lagi kalo ada angin malam yang lewat, Kaya' tidur dalem Kulkas.
Malam yang dingin pun berlalu dan mulai digantikan oleh hangatnya mentari pagi. Kami keluar dari surga yang bernama Tenda dan kembali suguhan indah Tuhan buat kami. Langit mulai berubah warna, gradasi biru kuning dan jingga menjadi lukisan alam yang begitu mempesona mata ini. Tak lama sang mentari juga datang menyapa kami. Sungguh indah ciptaanMu ini, Maha besar Allah yang menciptakan Bumi dan Langit.
Deretan gunung-gunung disebelah timur menjadi pelengkap lukisan Alam ini, gunung Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, Sumbing, Sindoro tampak begitu kokoh dan gagah berdiri. Lukisan alam ini pun kami rekam dalam sebuah memori yang indah di dalam kepala kami (nggak bawa kamera).
Mentari kian meninggi, selepas masak dan sarapan serta packing kami melanjutkan perjalanan mendaki gunung ini. Track selanjutnya berupa jalan setapak di tengah hutan pinus, track kali ini merupakan track yang landai, jadi lumayan asoi geboi lah. Disamping kiri jalan ini ada parit yang sangat jernih airnya, kami sempatkan berhenti sejenak di tengah-tengah hutan pinus untuk sekedar membasuh muka dan gosok gigi, hiii.. di samping kanan jalur ini adalah jurang, so be careful.
0 komentar:
Posting Komentar